❑Penentuan KKM |
Ku
lihat ibu pertiwi sedang bersusah hati. Air
matamu berlinang. Mas
intanmu terkenang. Hutan
gunung sawah lautan. Simpanan
kekayaan
Kalimat di atas adalah penggalan lirik lagu wajib Ibu
pertiwi. Lirik tersebut sangat relevan dengan kondisi Negara kita saat ini. Negeri
yang kaya raya ini tak mampu hidup sejahtera. Karena terlalu banyak anak-anak
durhaka yang terlahir dari rahim mulia Ibu Pertiwi. Anak anak durhaka yang
hanya berebut emas, intan, hutan, gunung, sawah dan lautan. Tidak ada hari
tanpa pertengkaran. Anak yang diserahi membangun gedung, selalu berpikir
untung. Anak yang diserahi mendidik, akhlaknya malah terbalik. Anak yang
ditugasi menjaga harta pusaka, malah semena-mena. Anak yang diserahi mengolah
minyak, setelah dapat minyak malah dikuasai sendiri dipakai untuk kesenangan
sendiri. tidak berpikir bahwa saudara-saudaranya yang lain juga membutuhkan. Minyak
dikelola semau-maunya. Saudara-saudaranya yang membutuhkan solar untuk melaut
tak mendapatkan. Saudara-saudaranya yang butuh solar untuk mengantar kebutuhan
sehari-hari harus gigit jari. Ibu pertiwi hanya bisa meratapi ketamakan
putra-putri tercintanya. Mengapa perangai mereka bisa seperti itu. Pada hal
beliau selalu mendidik agar mereka hidup rukun, saling menolong menjunjung
tinggi martabat, jangan tamak.
Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa.

Masalah lain tentang hari efektif sekolah. Karena
dilaksanakan pada hari efektif sekolah maka akan mengganggu proses pembelajaran.
Calon peserta didik masih belum dinyatakan lulus dari sekolah asal. Mereka
masih aktif mengikuti pembelajaran dalam persiapan menempuh ujian nasional
(UN). Praktis hari efektif sekolah terpotong saat pendaftaran, pelaksanaan tes,
pengumuman hasil tes dan daftar ulang. Ada 4 hari efektif yang hilang bagi
mereka yang langsung diterima pada jalur I. Bagi mereka yang tidak diterima
pada jalur I masih lebih banyak lagi hari efektif yang hilang. Yaitu saat
pendaftaran jalur II, pengumuman hasil seleksi dan daftar ulang. Itu baru
kajian dari dua sisi. Belum lagi jika melihat dampak psikologi mereka.
Konsentrasi pada pelajaran menjadi tidak penuh. Yang sudah diterima pada jalur
I dan jalur II menjadi terlena. Seolah-olah mereka sudah lulus dari sekolah
asal. Sikap mereka menjadi tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran. Mentang-mentang
sudah dapat sekolahan. Lain lagi mereka yang tidak diterima pada jalur I dan jalur
II. Mereka gelisah dan cemas karena belum mendapatkan sekolah. Konsentrasi
dalam belajar menjadi terpecah. Hari-hari dihabiskan tanpa keceriaan. Secara
keseluruhan kondisi psikologi mereka semua cukup mengkhawatirkan. Mereka yang
terlena dan mereka yang gelisah sama-sama beresiko. Bisa jadi saat ujian
nasional nanti semangat mereka berada di titik nadir. Jika memang demikian
yang terjadi hasilnya dapat ditebak.
Saran. PPDB jalur I
hendaknya tidak mencantumkan batas nilai sebagai syarat pendaftaran tetapi
peringkat di kelas. Karena peringkat kelas merupakan pencerminan kualitas
peserta didik. Peringkat kelas merupakan seleksi alamiah di sebuah sekolah
dalam waktu cukup panjang. Peserta didik bermutu pasti menduduki peringkat
atas.
PPDB jalur
II hendaknya ditunda dulu sampai memungkinkan diterbitkannya daftar nilai murni
ujian semester. Jadi pelaksanaan PPDB cukup jalur I dan Jalur III.Untuk menghindari hilangnya hari efektif perlu dijalin kerja sama dengan sekolah asal. Mulai dari pendaftaran hingga daftar ulang dilakukan secara kolektif.
Negeri 1000 Slogan.
Saat ini adalah musim slogan. Di mana-mana kita temuai spanduk berisi slogan. Isinya
sih bagus. Tapi sayangnya hanya sebatas hiasan tanpa makna. Bagaimana tidak, di
kantor pelayanan umum terpampang dengan gamblang slogan ‘Tekadku Adalah Pengabdian
Terbaikku’ Tetapi apa lacur ? Slogan tersebut tidak pernah menjadi roh
pelayanan para aparaturnya. Pelayanan tetap mengecewakan. Etos kerja tetap
rendah. Sebelum dan sesudah dipasang slogan keadaan nyaris tiada beda. Kalimat
indah itu tak memberi pengaruh apa-apa. Sebenarnya sadar apa tidak ya ketika memasang
slogan. Lain instansi lain lagi ceritanya. Di kantor bagian pelayanan SIM terpampang
slogan sedikit garang ‘Jangan Percaya Calo’. Ada lagi slogan yang bernada
menyindir ‘Orang Pintar Cari SIM Tidak Diantar’. Lagi-lagi keadaan kontradiksi
kita temui. Calo justru bergentayangan. Mulai dari bagian pemeriksaan kesehatan
sampai tempat tes. Mereka sudah siap dengan taringnya masing-masing untuk
menggigit mangsa. Anehnya yang menjadi calo adalah aparatnya sendiri. Anda
mungkin tidak percaya sebelum mengalami sendiri. Modusnya macam-macam. Ada yang
menawarkan jasa seperti kenek bus cari penumpang. Memanggil-manggil calon
mangsa tanpa perasaan malu. Jumlah mereka cukup banyak. Jadi ya agak berebut
dalam membidik calon mangsa. Ada yang agak halus. Dipanggil masuk ruangan,
ditanya apa perlu bantuan. Kalau perlu bantuan harus bayar sekian ratus ribu. Kalau
setuju saat itu juga transaksi dilakukan. Dan kita menerima tanda pengenal
khusus yang harus dipakai. Tanda pengenal yang dikalungkan dengan tujuan dapat
dengan mudah di ketahui bahwa kita adalah pencari SIM dengan cara KKN. Walaupun
KKN kita tidak perlu khawatir akan ditangkap aparat. Karena KKN sudah
dilegalkan. Yang tidak KKN justru akan menemui kesulitan. Atau lebih tepatnya
dipersulit. Sungguh repot hidup di negeri 1000 slogan.
Mengecewakan Penonton. Kisah-kisah lama penuh dengan nilai-nilai luhur.
Seolah-olah penulisnya merasa bertanggung jawab dalam menjaga keluruhan budi
pekerti masyarakat. Sehingga kisah selain berfungsi sebagai hiburan juga
berfungsi sebagai tuntunan dalam menjaga moralitas. Masyarakatpun puas setelah
mengikuti cerita dari awal hingga akhir. Tokoh jahat selalu berakhir dengan
kekalahan, sebaliknya tokoh baik selalu berakhir dengan kemenangan. Kejahatan
akan kalah oleh kabaikan. Selain cerita yang sarat petuah lagu-lagu yang
diciptakanpun tidak pernah meninggalkan keluhuran budi. Lirik lagu penuh dengan
nasihat. Pemilihan kata melalui perenungan yang matang dan dalam. Lagu yang
dihasilkanpun abadi sepanjang masa. Tuntunan inilah yang menancap erat dalam
sanubari siapa saja yang mendengar dan membaca. Sehingga tatanan kehidupan
penuh dengan kesantunan dan kejujuran serta jauh dari unsur pornografi. Semua
yang dilihat dan didengar berupa adegan yang menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur.
Lain dulu lain sekarang. Cerita-cerita yang lahir di jaman modern ini
sebagian besar tidak mempunyai visi. Tujuan terpenting hanyalah memenuhi
pesanan tayangan televisi. Sehingga dijaman modern ini kehadiran televisi lebih banyak menyesatkan
daripada menghibur. Kehadiran teman yang satu ini akan mencelakakan, begitu kita
lengah. Tsunami segera melibas jika kita
tidak selektif dalam memilih acara. Cerita-cerita yang ditayangkan lebih banyak
membodohi dari pada mendidik. Tokoh baik dan jahat menjadi susah dibedakan karena
dikaburkan batasnya. Tokoh baik berlama-lama
menderita, tokoh jahat berlama-lama berjaya. Keadaan diperparah dengan lirik
lagu yang didendangkan berbau pornografi serta mendorong syahwat agar mendekat ke
arah maksiat. Materi lagu maupun cerita jauh dari keluhuran budi. Miskin
idealisme dan tanggung jawab moral. Moral generasi bangsa perlahan-lahan
dirusak oleh hiburan yang menyesatkan
ini. Adegan menyesatkan akan dianggap biasa bahkan menjadi suatu kebenaran jika
terus menerus dipropagandakan. Cerita tidak pernah berakhir sebagaimana harapan
penonton bijak, yaitu tokoh baik tampil sebagai pemenang, tokoh jahat binasa. Cerita
diakhiri sendiri oleh penonton yang kecewa dengan cara tidak lagi sudi menyaksikannya.